"Art in Motion": Ketika Instalasi Menyatukan Dua Dunia di Erasmus Huis
Teras Berita :
Suasana Erasmus Huis Jakarta berubah menjadi ruang kreatif yang hangat dan penuh makna ketika sejumlah seniman muda dari Indonesia dan Belanda bersatu dalam pameran seni instalasi bertajuk Art in Motion. Pameran ini tak hanya menampilkan karya visual yang memikat, tetapi juga menjadi simbol kolaborasi lintas budaya yang mempertemukan perspektif, cerita, dan semangat dua bangsa dalam bahasa seni.
Jakarta — Suasana Erasmus Huis mendadak terasa berbeda. Bukan hanya karena instalasi yang berdiri di berbagai sudut ruangannya, tetapi karena semangat kolaboratif yang begitu terasa di antara para seniman muda dari dua negara: Indonesia dan Belanda.
Pameran bertajuk "Art in Motion" ini bukan sekadar ruang pamer, melainkan juga arena pertemuan lintas budaya. Mengusung semangat kebebasan berekspresi, proyek ini mempertemukan sembilan mahasiswa seni dari Indonesia dan empat mahasiswa dari Belanda, yang secara intensif bekerja sama untuk menciptakan karya seni instalasi selama beberapa minggu di Jakarta.
Di balik setiap karya, terselip cerita unik tentang proses, budaya, dan pertemanan. Mulai dari material yang digunakan, teknik yang dipilih, hingga perdebatan kecil tentang bagaimana mengekspresikan gagasan masing-masing. Namun di sanalah letak keindahannya: proses kolaborasi yang jujur dan saling terbuka justru menjadi ruh dari keseluruhan pameran ini.
Salah satu peserta dari Indonesia, I Gede Aditya Putra Nugraha dari ISI Denpasar, mengungkapkan bahwa pengalaman ini bukan hanya memperluas wawasannya tentang seni, tetapi juga memberinya ruang untuk mengenal sudut pandang budaya lain. “Kami bukan hanya berbicara tentang seni, tapi juga tentang kehidupan, sejarah, bahkan makanan. Rasanya seperti belajar tanpa terasa sedang belajar,” ujarnya sambil tersenyum.
Sementara itu, para mahasiswa Belanda mengaku kagum dengan kekayaan budaya Indonesia dan bagaimana itu bisa menjadi elemen penting dalam karya seni mereka. “Saya tidak hanya melihat budaya Indonesia, saya merasakannya,” ungkap salah satu mahasiswa asal Jakarta.
Pameran ini sendiri merupakan bagian dari perayaan ulang tahun ke-55 Erasmus Huis, dan menjadi simbol eratnya hubungan kultural antara Indonesia dan Belanda. Direktur Erasmus Huis, Nicolaas de Regt, menyampaikan bahwa acara ini bertujuan untuk menciptakan ruang yang terbuka, inklusif, dan memberi ruang bagi generasi muda untuk berkreasi tanpa batas.
Pengunjung yang datang bukan hanya melihat, tapi juga diajak berdialog. Setiap instalasi mengundang audiens untuk berpikir, merasa, dan terlibat. Ada karya yang mengangkat isu identitas, ada pula yang bermain dengan teknologi, cahaya, bahkan suara.
"Art in Motion" membuktikan bahwa seni bisa menjadi jembatan—yang bukan hanya menghubungkan dua budaya, tapi juga dua hati yang berbeda. Dan di sinilah seni instalasi menemukan maknanya: bukan hanya untuk dilihat, tapi untuk dirasakan, dipahami, dan dikenang.