Kolaborasi antara seniman Indonesia, Suryono, dan Arkiv Vilmansa dalam "Monument of Sense" menghadirkan pengalaman seni instalasi yang mendalam. Instalasi ini tidak sekadar pajangan visual, tetapi juga mengajak pengunjung untuk merasakan hubungan antara ruang, warna, dan emosi melalui eksplorasi bentuk yang unik dan interaktif.
Berkolaborasi dengan Arkiv. Sunaryo menciptakan dialog visual yang mempertanyakan interaksi antara pengalaman indrawi dan memori. Pameran ini dibuka pada tanggal 22 februari hingga 11 maret dengan tanggal 21 februari dilakukan grand opening. Monument of Sense mengajak penonton untuk memaknai ulang kesan indrawi sementara-penglihatan, sentuhan, emosi-sebagai bahan mentah pembentuk tulisan budaya dan personal yang bertahan. Judul karya ini menyimpan dua makna: "Monumen" menyiratkan keabadian dan warisan, sementara "Rasa" mengikatnya pada dunia persepsi yang fana.
Sinergi ini menggambarkan eksplorasi seni tentang perjalanan waktu—bagaimana potongan-potongan memori menyatu dan membentuk pemahaman berkesinambungan. Lewat perpaduan simbol-simbol ritual dan ekspresi abstrak, Sunaryo mengajak kita merenungkan bagaimana segala sesuatu yang fana bisa tetap hidup, tidak hanya melalui karya seni, tetapi juga dalam ingatan dan kesadaran manusia.
Karya ini memiliki makna filosofis yang dalam, Suryono menghadirkan karakter Mickey Mouse yang fresh dan baru menjadi Mickiv. Di bagian muka Mickiv yang berbentuk hati dinilai sebagai kanvas dinamis untuk mengeksplorasi sisi artistik dan spritual yang mendalam. Melalui transformasi bentuk simbolik ini, sang seniman menyematkan sisi metafisik yang mendalam lewat tekstur dan motif kromatik yang terinspirasi dari karya besarnya, Tawaf Semesta II. Lingkaran konsentris dan pola cair dalam corak hitam pekat dan merah menyala mengacu pada ritual suci tawaf (ritual mengelilingi Ka'bah dalam Islam), dengan kubus hitam di tengah yang melambangkan Kabah sebagai poros spiritual dan fondasi spiritual. Garis yang terletak pada corak hitam dan merah terang bermakna sebagai garis yang harus dilewati untuk untuk mencapai kabah.
Mickiv memiliki tiga warna yaitu warna putih, abu-abu, dan hitam yang memiliki makna tertentu didalamnya. Hitam memiliki makna jahat dan hitamnya diri seorang manusia, Putih memiliki makna baiknya seorang manusia, dan abu-abu yang memiliki makna keseimbangan hidup diri manusia. Warna yang dipakai dalam karya tersebut red fermelion.
Awalnya, lukisan Arkiv Vilmanansa terlihat terpisah dari
karya mainannya. Ia lebih menitikberatkan pada komposisi formal dibandingkan
membangun narasi dalam karyanya. Namun, dalam perkembangan terbaru, karakter
Mickiv semakin hadir secara eksplisit dalam lukisan-lukisannya, menciptakan
perpaduan antara perannya sebagai desainer mainan dan seniman murni.
Pendekatan ini mencerminkan semangat *Nobrow*—sebuah konsep
yang menolak batasan antara seni tinggi dan seni populer. Arkiv tidak hanya
menempatkan karyanya dalam satu kategori, tetapi juga menyeberangi berbagai
ranah, mulai dari *lowbrow* (mainan koleksi), *highbrow* (lukisan dan patung),
hingga *middlebrow* (persimpangan seni dan pasar). Dengan fleksibilitasnya, ia
berhasil mengaburkan batas antara seni dan komersial, sekaligus menegaskan
identitasnya sebagai kreator yang tak terikat oleh konvensi
Awalnya, Arkiv menjaga jarak antara lukisannya dan karya mainannya, lebih
fokus pada komposisi formal daripada membangun narasi yang jelas di dalamnya.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ia mulai menggabungkan karakter
ikonisnya, Mickiv, secara lebih eksplisit dalam karya-karyanya. Pendekatan ini
secara perlahan menghapus batas antara perannya sebagai desainer mainan dan
seniman murni, menciptakan jembatan yang menghubungkan kedua dunia tersebut.
Gaya ini sejalan dengan semangat Nobrow, yaitu melampaui batasan kategori
tradisional demi membentuk identitas artistik yang lebih fleksibel dan dinamis.
Kini, eksplorasi karyanya tidak lagi terbatas pada satu ranah, melainkan
merentang dari budaya lowbrow (seperti mainan dan ilustrasi
populer), highbrow (meliputi lukisan, patung, dan seni
galeri), hingga middlebrow (persimpangan seni yang dapat
dinikmati oleh khalayak luas). Dengan pendekatan ini, Arkiv menunjukkan
keluwesannya sebagai seorang kreator sekaligus pengusaha yang mampu menjangkau
berbagai lapisan audiens.