Ruang Urban Tak Lagi Kaku: ISA Art Gallery Hadirkan Imaji Rumah dalam Pameran “A Fold in Time”

Ruang Urban Tak Lagi Kaku: ISA Art Gallery Hadirkan Imaji Rumah dalam Pameran “A Fold in Time”

Jakarta, 21 Mei 2025 — Di tengah padatnya hiruk-pikuk kawasan Tanah Abang, sebuah ruang kecil di bilangan Wisma BNI 46 menyajikan jeda yang jarang ditemukan di ibu kota. ISA Art Gallery menghadirkan pameran bertajuk “A Fold in Time”, sebuah eksplorasi visual tentang rumah, tubuh, dan ingatan yang diangkat oleh para seniman perempuan dari Asia Tenggara.

Mengubah ruang urban menjadi medium refleksi, pameran ini menampilkan karya-karya yang tak sekadar mengisi dinding, tapi juga mengajak pengunjung menyusuri lorong-lorong personal dalam pengalaman domestik. Dalam konteks Jakarta yang penuh tekanan dan keterbatasan ruang, kehadiran karya-karya ini menawarkan napas lain dalam melihat konsep ‘rumah’.

“Di kota besar seperti Jakarta, rumah tak lagi hanya struktur bangunan. Ia menjadi ruang psikologis, tempat berlindung dari dunia yang terlalu bising,” ujar kurator pameran, Yani Hidayat. “Melalui karya-karya ini, kita diajak masuk ke dalam persepsi para seniman tentang ruang personal, waktu yang melipat, dan relasi tubuh dengan tempat tinggal.”

Salah satu karya yang menarik perhatian datang dari seniman Filipina, Niña Garibay. Dalam lukisan “The Garden at the Back of the House”, ia menghadirkan citra taman sederhana di belakang rumah yang menjadi ruang bermain sekaligus ruang jiwa bagi seorang anak. Warna-warna hijau tua, biru laut, dan sentuhan merah muda berpadu menciptakan atmosfer yang tenang namun penuh dinamika batin.

Tak hanya Garibay, karya seniman dari Indonesia, Malaysia, dan Singapura turut menampilkan ragam pendekatan terhadap tema ‘rumah’ dan ‘tubuh’. Medium yang digunakan pun beragam, mulai dari lukisan cat minyak, foto, instalasi, hingga karya multimedia. Beberapa di antaranya bahkan menggabungkan elemen tekstil dan kerajinan tangan, menegaskan keintiman dalam praktik seni domestik.

Pameran ini menjadi pengingat bahwa ruang seni bukan hanya milik galeri besar atau museum megah. ISA Art Gallery, dengan ruang yang relatif kecil namun terbuka, membuktikan bahwa seni bisa hadir di tengah kota sebagai tempat singgah bagi pikiran yang lelah dan rindu akan keheningan.

“Ini bukan soal besar atau kecilnya ruang,” lanjut Yani. “Tapi bagaimana seni bisa mengisi kekosongan batin yang mungkin tak terlihat.”

Diselenggarakan sebagai hasil kolaborasi antara ISA Art Gallery (Jakarta), Mono8 Gallery (Manila), dan Richard Koh Fine Art (Singapura–Bangkok), “A Fold in Time” akan berlangsung hingga 20 Juni 2025 dan terbuka untuk umum.

Bagi warga Jakarta yang ingin sejenak keluar dari tekanan ruang-ruang produktif, pameran ini bisa menjadi ruang alternatif untuk menata ulang makna rumah—tak hanya sebagai tempat tinggal, tapi sebagai tempat pulang secara emosional.

Postingan populer dari blog ini

Seni Instalasi Monument of Sense: Kolaborasi Sunaryo dan Arkiv Vilmansa di Semesta Arkiv

Introduction me