Karya “Hylume” Angkat Isu Kehilangan dan Eksistensi di Erasmus Huis
Dibuat oleh tim kolaborator dari Surabaya, Jakarta, dan Amsterdam, Hylume menggabungkan proyeksi visual, cahaya interaktif, serta puisi naratif yang direkam secara teatrikal. Nama Hylume sendiri diambil dari gabungan kata “hyalos” (Yunani: kaca) dan “lumen” (Latin: cahaya), menggambarkan kehadiran yang rapuh namun memancar.
Dalam sesi pembukaan yang digelar Sabtu (27/4), pengunjung diajak memasuki sebuah ruangan semi-transparan dengan pencahayaan yang terus berubah sesuai gerakan tubuh. Instalasi ini menciptakan pengalaman spasial yang menggambarkan perubahan emosi seseorang ketika berhadapan dengan rasa kehilangan.
“Setiap orang pernah kehilangan, tapi tidak semua orang sempat mengungkapkannya. Hylume adalah ruang untuk itu—membiarkan kesedihan muncul, tanpa malu,” ujar Diana, salah satu seniman yang terlibat dalam karya ini.
Direktur Erasmus Huis, Maarten van den Berg, menyampaikan bahwa *Hylume* merupakan refleksi penting dari proses kreatif yang personal sekaligus kolektif. “Kami mendorong seniman muda untuk tidak hanya menampilkan karya, tetapi juga menyuarakan isu yang dekat dengan kehidupan mereka. Hylume berhasil menyampaikan itu dengan elegan,” ujarnya.
Art Lab Erasmus Huis memang dirancang sebagai wadah eksperimen dan pertukaran budaya antara dua negara. Dalam edisi tahun ini, tema besar yang diangkat adalah “Intimacy in Motion,” yang mengundang seniman untuk mengeksplorasi hubungan antara tubuh, ruang, dan emosi.
Karya Hylume akan ditampilkan hingga 12 Mei 2025 di Erasmus Huis, Jakarta Selatan. Pameran terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya.