Mengenal Dedi Sufriana Sang Seniman Seni Instalasi Abstrak

Dedy Sufriadi, seorang seniman abstrak kontemporer asal Palembang, Indonesia, telah mengukir namanya dalam dunia seni rupa dengan karya-karya instalasi buku yang memukau. Lahir pada tahun 1976, Dedy mulai menekuni seni lukis secara serius pada usia 15 tahun saat masih bersekolah di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR). Pendidikan formalnya dilanjutkan di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, di mana ia mengambil jurusan seni lukis.

Dedy adalah "Membangun Literasi Indonesia Baru," yang dipamerkan dalam Art Jakarta 2022. Karya ini berbentuk bilik berukuran 260x300x300 cm, tersusun dari sekitar 16.000 buku yang ditata sedemikian rupa sehingga menciptakan ruang bagi pengunjung untuk merenungkan pentingnya literasi di Indonesia.

Pada tahun 2020, dalam rangka menandai 25 tahun kiprahnya di dunia seni, Dedy menggelar pameran tunggal bertajuk "Superficial Readers" di Jogja Gallery. Dalam pameran ini, ia menggunakan sekitar 5 ton buku bekas untuk menciptakan instalasi yang menggugah. Salah satu elemen karyanya adalah kotak seukuran mobil yang disusun dari buku, serta instalasi yang menyerupai hujan turun menjadi kolam buku. Karya ini merupakan refleksi terhadap era digital dan perubahan cara masyarakat berinteraksi dengan informasi. 

Kolektor seni ternama asal Magelang, Oei Hong Djien, yang hadir dalam pameran tersebut, menilai instalasi seni penghancuran buku itu sebagai upaya Dedy dalam merespons kemajuan teknologi. Benda-benda konvensional seperti buku, yang saat ini mulai tak terpakai dan ditinggalkan, diangkat kembali oleh Dedy untuk mengingatkan bahwa meskipun teknologi berkembang pesat, nilai dan esensi dari buku sebagai sumber pengetahuan tetap harus dipelihara dan tidak boleh diabaikan.

Melalui karya-karyanya, Dedy Sufriadi tidak hanya menampilkan instalasi yang memukau secara visual, tetapi juga mengajak penonton untuk merenungkan peran literasi, dampak kemajuan teknologi, dan cara kita berinteraksi dengan informasi dalam kehidupan sehari-hari. Karyanya menjadi refleksi kritis terhadap pergeseran budaya membaca dan pentingnya menjaga nilai-nilai literasi di tengah arus digitalisasi yang kian pesat.








Postingan populer dari blog ini

Seni Instalasi Monument of Sense: Kolaborasi Sunaryo dan Arkiv Vilmansa di Semesta Arkiv

Introduction me